ABAD NOL-NOL
SAJAK-SAJAK Nanang Suryadi
ORANG GELISAH
orang gelisah meratap menatap kitab:
"wahai jiwa yang tenang, masuklah ke dalam surga Tuhanmu dengan rela
dan direlakan..."
orang gelisah mengejar bayang, meninju angin, bertanya-tanya...
(lalu, di manakah ujung ingin?)
KADO PERKAWINAN
buat: i&h
disatukan dalam kasih sayang-Mu, hati anak manusia
cinta dan ketulusan, menapak masa depan
beri petunjuk-Mu selalu,
biar dalam gelombang pasang,
bahtera melaju
terang cahaya, terang cahaya
Tuhanku, sepasang hati menyatu
dalam rahmat-Mu
IMAJI DONGENG KANAK
kemudian kita ciptakan dongeng dalam kepala kita:
"aku ingin menjadi sinbad sang pelaut, peter pan, aladin, ali baba,
zorro, jango, gundala, robin hood, oddyseus, gruaaaah...beri aku masa
lalu!"
tidak, kau adalah sangkuriang, oedipus, malin kundang yang dikutuk
"ya, aku mungkin pangeran kodok yang mencium bibirmu, dengan ketulusan,
dengan cinta abad yang lewat, dengan senyum the beast yang merontokan
hatimu, puteri tidur, puteri salju, puteri segala peri, cinderella..."
hai, aku nyalakan korek di pinggir hutan, biar terang matamu, biar
jelas langkahmu: langit adalah kantong, bulan adalah lautan, bukankah
begitu, serupa kucing ajaib yang berkata-kata, bukankah begitu nobita?
"kantong ajaib! aku adalah doraemon, dragon ball, sailor moon, gaban,
aku ciptakan mimpiku... dalam sekejap!"
ya, seperti aku ciptakan dongeng dari dapur: bawang merah dan bawang
putih, padi dan dewi sri, ande-ande lumut, si kabayan, .....
"aku petruk! ingin jadi raja hehehehehehe"
AKU LELAH, KEKASIH
belailah aku dengan penuh rindu, kekasih
aku lelah, hendak istirah
begitu banyak goda di segala simpangan, betapa
tapi hanya engkau sesungguhnya segala tuju, hanya
engkau yang tak henti-henti mengasihi,
seperti kau belai adam, dengan cinta
aku lelah kekasih, dunia menyilaukanku
menutup mata hatiku, menutup keindahanmu
sungguh, aku demikian lelah...
PORAK PUING TANAH KELAHIRAN
ada yang menyulut benci, meletuskannya diam-diam
ke dalam dadaku, dihembuskan amarah,
"ababil! ababil! lemparkan batu pada para penjarah"
lalu tanya dipanjatkan, penuh kepedihan:
"mengapa duka juga yang menimpa kami, tuhanku"
AKU BAKAR KESUNYIANKU
aku bakar kesunyianku,
meleleh ia,
mengalirlah! mengalirlah!
pada matamu merah,
sebagai linangan
engkau kekasihku! engkau kekasihku!
tapi kekasih adalah impian,
tak kunjung tiba,
hingga senja! hingga senja!
apa yang kau kabarkan,
duka jalanan gila kesepian,
orang yang luka! sejuta luka!
TABUHAN GENDANG
gendang ditabuh-tabuh, tarian engkau
kekasih, siapa troya, siapa kurusetra
ada hitam ada gagak menari-nari,
ada tubuh terluka-luka,
mengapa maki? "cuma taik anjing!"
dari mulut ada bau, dari mulut ada bual,
gendang ditabuh-tabuh,
kekasih, siapa menari di panas begini?
berjingkat kakiku, bara di mana,
siapa lempar, siapa bakar?!
JAKARTA, ADUH PANASNYA
ada yang tersesat di lalu lintas ibukota,
katamu: "hai, mengapa tak segera tidur"
aku sedang mencari wajah ibuku,
mungkin tersesat di istana merdeka,
jakarta, aduh panasnya
para pengamen mencegat dirimu, menadahkan tangan
"nyanyikan untukku duka sebuah negeri
dengan parau suara"
dan kau sahabatku, menatapku penuh keheranan
katamu: "seperti jakarta, kapan kau mau tidur?"
ADA KUTEMUKAN BAHAGIA
ada kutemukan kata: bahagia, pada mata, sepercik
bikin nyala, mungkin cinta, katamu
cinta adalah sebuah mungkin, yang berdiam dan berlari
dalam hati kita?
ya, seperti kutemukan kata: bahagia, pada mata, sepercik
bikin nyala
MIMPI YANG DICIPTAKAN DARI EMBUN
mimpi kita diciptakan dari embun, dini hari, serupa bisikan
menyentuh kuping, serupa wajahmu, menari di pelupuk
mata bercahaya,
kau selendangkan kain warna hijau, di leher, jenjang
menarikah engkau? seperti ronggeng atau tayub
hingga hari pagi
mimpi kita, diciptakan dari embun, dini hari
menundukkan mataku, dari tatapan, setajam itu
AKU TUTUP MATAKU
aku tutup mataku, aku tutup!
lalu ledakan tak akan kudengar
biar sunyi biar sunyi tak terbagi
tapi, tuhan
betapa terasa sia ini diri
menyepi sendiri
berlari sendiri
ke dalam mimpi-mimpi
API MENYALA DI MANA-MANA
buat: saut
api menyala di mana-mana, aku takut menyalakan televisi,
membuka layar komputer, membaca koran, huruf-huruf menjelma darah dan
otak tercecer,
ya, sepertinya kita telah lama menderita, meratap kita memekik-memekik:
terbukalah-terbukalah pintu langit, bagi doa bagi pinta, manusia
demikian lemah menahan goda,
dulu, kata ibu, di saat purba, putera dari surga membunuh kanak bumi,
itulah darah pertama, karena dengki dan irihati,
ceritakan padaku, manusia itu sebenarnya apa? kemanusiaan itu artinya
apa? aku baca semua kitab aku baca semua buku aku baca semua tanda
selalu tanya kembali pada diri sendiri,
aku ingat ibrahim, aku ingat musa, aku ingat isa, aku ingat muhammad,
aku ingat manusia...
ada yang berlinang airmata, berdoa:
tuhan, apakah ini jalan kami menuju tiada?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar